Tampilkan postingan dengan label ISLAM. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ISLAM. Tampilkan semua postingan
0

Mengenal Dosa Syirik | Dosa Besar

Kamis, 04 April 2013
Mengenal Dosa Syirik | Dosa Besar - Ikut prihatin dengan keadaan umat islam di indonesia sekarang ini, yang terbawa arus tipu daya syaitan untuk mengelabui manusia supaya terjerumus dari agama ALLAH yaitu adalah agama islam dan sedikit demi sedikit akan membawa umat islam menjadi syirik. Perlu kamu ketahui Dosa syirik itu paling berbahaya, Karena proses seseorang melakukan syirik itu dengan secara halus akan tetapi dosanya sangat besar  bahkan tidak akan diampuni oleh ALLAH SWT. Berikut simak terjemahan dari penggalan ayat Al-quran:

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS Annisa':48)"

Miris sekali hati ini melihat dosa-dosa besar makin marak dan  dijadikan tren.  Salah satunya adalah dosa syirik alias mempersekutukan Allah. Yang mana  hanya dengan beberapa rupiah saja dosa besar tersebut virusnya dengan mudah didownload ke dalam diri hingga rusaklah aqidah seorang muslim. Seperti banyaknya layanan SMS Primbon, ramalan nasib, zodiak dll. itu semua perlu di saring lagi secara mendalam untuk membuktkan kebenaranya.

Adapun Jenis dan bahaya syirik adalah sebagai berikut:

1. SYIRIK AKBAR
Syirik ini menjadi penyebab keluarnya seseorang dari agama Islam, dan orang yang bersangkutan jika meninggal dalam keadaan demikian, akan kekal di dalam neraka. Hakikat syirik akbar adalah memalingkan salah satu jenis ibadah kepada selain Allah! Seperti memohon dan taat kepada selain Allah, bernadzar untuk selain Allah, takut kepada mayat, kuburan, jin, setan disertai keyakinan bahwa hal-hal tersebut dapat memberi bahaya dan mudharat kepadanya, memohon perlindungan kepada selain Allah, seperti meminta perlindungan kepada jin dan orang yang sudah mati, mengharapkan sesuatu yang tidak dapat diwujudkan kecuali oleh Allah, seperti meminta hujan kepada pawang, meminta penyembuhan kepada dukun dengan keyakinan bahwa dukun itulah yang menyembuhkannya, mengaku mengetahui perkara ghaib, menyembelih hewan kurban yang ditujukan untuk selain Allah.

Thariq bin Syihab menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda (yang terjemahannya): Ada seseorang masuk surga karena seekor lalat, dan ada seseorang masuk neraka karena seekor lalat pula. Para shahabat bertanya: Bagaimana hal itu, ya Rasulul-lah? Beliau menjawab: Ada dua orang berjalan melewati suatu kaum yang mempunyai berhala, yang mana tidak seorang pun melewati berhala itu sebelum mempersembahkan kepadanya suatu kurban.
Ketika itu, berkatalah mereka kepada salah seorang dari kedua orang tersebut: Persembahkanlah kurban kepadanya! Dia menjawab: Aku tidak mempunyai sesuatu yang dapat kupersem-bahkan kepadanya. Mereka pun berkata kepadanya lagi: Persembahkan sekalipun seekor lalat. Lalu orang itu mempersembahkan seekor lalat, mereka pun memperkenankan dia untuk meneruskan perjalanan.
Maka dia masuk neraka karenanya. Kemudian berkatalah mereka kepada seorang yang lain: Persembahkanlah kurban kepadanya. Dia menjawab: Aku tidak patut mempersembahkan sesuatu kurban kepada selain Allah 'Azza wa Jalla. Kemudian mereka memenggal lehernya, karenanya orang ini masuk surga. (HR. Imam Ahmad).
Dan termasuk penyembelihan jahiliyah yang terkenal di zaman kita sekarang ini- adalah menyembelih untuk jin. Yaitu manakala mereka membeli rumah atau membangunnya, atau ketika menggali sumur mereka menyembelih di tempat tersebut atau di depan pintu gerbangnya sebagai sembelihan (sesajen) karena takut dari gangguan jin. (Lihat Taisirul Azizil Hamid, hal. 158). 

a. Syirik dalam berdoa

Yaitu meminta kepada selain Allah, disamping meminta kepada-Nya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam kitab-Nya (yang terjemahannya):

"Dan orang-orang yang kamu seru selain Allah tiada mempunyai apa-apa meskipun setipis kulit ari. Jika kamu meminta kepada mereka, mereka tiada mendengar seruanmu, dan kalau mereka mendengar mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. (QS. Faathir: 13-14)

b. Syirik dalam sifat Allah

Seperti keyakinan bahwa para nabi dan wali mengetahui perkara-perkara ghaib. Allah Ta'ala telah membantah keyakinan seperti itu dengan firman-Nya (yang terjemahannya):

 "Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia sendiri." (QS. Al-An'am : 59). Lihat QS. Al-Jin: 26-27.

Pengetahuan tentang hal yang ghaib merupakan salah satu hak istimewa Allah, menisbatkan hal tersebut kepada selain-Nya adalah syirik akbar.

c. Syirik dalam Mahabbah (kecintaan)

Mencintai seseorang, baik wali atau lainnya layaknya mencintai Allah, atau menyetarakan cinta-nya kepada makhluk dengan cintanya kepada Allah Ta'ala. Mengenai hal ini Allah Ta'ala berfirman (yang terjemahannya):

 "Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah, adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. (QS. Al-Baqarah: 165).

Mahabbah dalam ayat ini adalah mahabbatul ubu-diyah (cinta yang mengandung unsur-unsur ibadah), yaitu cinta yang dibarengi dengan ketundukan dan kepatuhan mutlak serta mengutamakan yang dicintai daripada yang lainnya. Mahabbah seperti ini adalah hak istimewa Allah, hanya Allah yang berhak dicintai seperti itu, tidak boleh diperlakukan dan disetarakan dengan-Nya sesuatu apapun.

d. Syirik dalam ketaatan

Yaitu ketaatan kepada makhluk, baik wali ataupun ulama dan lain-lainnya, dalam mendurhakai Allah Ta'ala. Seperti mentaati mereka dalam menghalal-kan apa yang diharamkan Allah Ta'ala, atau mengharamkan apa yang dihalalkan-Nya.

Mengenai hal ini Allah Subhanahu wa Ta ala berfirman (yang terjemahannya) : Mereka menjadikan orang-orang alim, dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah. (QS. At-Taubah: 31).

Taat kepada ulama dalam hal kemaksiatan inilah yang dimaksud dengan menyembah berhala mereka! Berkaitan dengan ayat tersebut di atas, Rasulullah SAW menegaskan (yang terjemahannya): Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada al-Khaliq (Allah). (Hadits Shahih, diriwayatkan oleh Ahmad).

e. Syirik khauf (takut)

Jenis-jenis takut :

1. Khauf Sirri; yaitu takut kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala, berupa berhala, thaghut, mayat, makhluk gahib seperti jin, dan orang-orang yang sudah mati, dengan keyakinan bahwa mereka dapat menimpakan mudharat kepada makhluk. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (yang terjemahannya): Janganlah kamu takut kepada mereka, takutlah kamu kepada-Ku jika kamu benar-benar orang beriman.(QS. Ali Imran: 175).

2. Takut yang menyebabkan seseorang meninggalkan kewajibannya, seperti: Takut kepada seseorang sehingga menyebabkan kewajiban ditinggalkan. Takut seperti in hukumnya haram, bahkan termasuk syirik ashghar (syirik kecil). Berkaitan dengan hal tersebut Rasulullah SAW bersabda (yang terjemahannya):

"Janganlah seseorang dari kamu menghinakan dirinya!" Shahabat bertanya: Bagaimana mungkin seseorang menghinakan dirinya sendiri? Rasulullah bersabda: "Yaitu ia melihat hak Allah yang harus ditunaikan, namun tidak ditunaikannya! Maka Allah akan berkata kepadanya di hari kiamat: Apa yang mencegahmu untuk mengucapkan begini dan begini?".

Ia menjawab: "Karena takut kepada manusia!". Allah berkata: "Seharusnya hanya kepadaKu saja engkau takut". (HR. Ibnu Majah dari Abu Said al Khudry, Shahih).

3. Takut secara tabiat, takut yang timbul karena fitrah manusia seperti takut kepada binatang buas, atau kepada orang jahat dan lain-lainnya. Tidak termasuk syirik, hanya saja seseorang janganlah terlalu didominasi rasa takutnya sehingga dapat dimanfaatkan setan untuk menyesatkannya.

f. Syirik hulul

Percaya bahwa Allah menitis kepada makhluk-Nya. Ini adalah aqidah Ibnu Arabi (bukan Ibnul Arabi, beliau adalah ulama Ahlus Sunnah) dan keyakinan sebagian kaum Sufi yang ekstrem.

g. Syirik Tasharruf

Keyakinan bahwa sebagian para wali memiliki kuasa untuk bertindak dalam mengatur urusan makhluk. Keyakinan seperti ini jelas lebih sesat daripada keyakinan musyrikin Arab yang masih meyakini Allah sebagai Pencipta dan Pengatur alam semesta.

h. Syirik Hakimiyah

Termasuk syirik hakimiyah adalah membuat undang-undang yang betentangan dengan syariat Islam, serta membolehkan diberlakukannya undang undang tersebut atau beranggapan bahwa hukum Islam tidak sesuai lagi dengan zaman. Yang tergolong musyrik dalam hal ini adalah para hakim yang membuat dan memberlakukan undang-undang, serta orang-orang yang mematuhinya, jika meyakini kebenaran UU tersebut dan rela dengannya.

i. Syirik tawakkal

Tawakkal ada tiga jenis:

a. Tawakkal dalam perkara yang hanya mampu dilaksanakan oleh Allah saja. Tawakkal jenis ini harus diserahkan kepada Allah semata, jika seseorang menyerahkan atau memasrahkannya kepada selain Allah, maka ia termasuk Musyrik.

b. Tawakkal dalam perkara yang mampu dilaksanakan para makhluk. Tawakkal jenis ini seharusnya juga diserahkan kepada Allah, sebab menyerahkannya kepada makhluk termasuk syrik ashghar.

c. Tawakkal dalam arti kata mewakilkan urusan kepada orang lain dalam perkara yang mampu dilaksanakannya. Seperti dalam urusan jual beli dan lainnya. Tawakkal jenis ini diperbolehkan, hanya saja hendaklah seseorang tetap bersandar kepada Allah Subhanahu wa Taala, meskipun urusan itu diwakilkan kepada makhluk.

j. Syirik niat dan maksud

Yaitu beribadah dengan maksud mencari pamrih manusia semata, mengenai hal ini Allah Subhanahu wa Taala berfirman (yang terjemahannya):

"Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepadanya balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna, dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak akan memperoleh di akhirat kecuali neraka, dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia, dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan". (QS. Hud: 15-16).

Syirik jenis ini banyak menimpa kaum munafiqin yang telah biasa beramal karena riya.

k. Syirik dalam Hal Percaya Adanya Pengaruh Bintang dan Planet terhadap Berbagai Kejadian dan Kehidupan Manusia.

Dari Zaid bin Khalid Al Juhani, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda (yang terjemahannya): Allah berfirman: "Pagi ini di antara hambaku ada yang beriman kepada-Ku dan ada pula yang kafir. Adapun orang yang berkata, kami diberi hujan dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, maka dia beriman kepada-Ku dan kafir terhadap bintang. Adapun orang yang berkata: Hujan itu turun karena bintang ini dan bintang itu maka dia telah kufur kepada-Ku dan beriman kepada bintang". (HR, Bukhari).

Lihat Fathul Bary, 2/333).
Termasuk dalam hal ini adalah mempercayai astrologi (ramalan bintang) seperti yang banyak kita temui di koran dan majalah. Jika ia mempercayai adanya pengaruh bintang dan planet-planet terse-but maka dia telah musyrik. Jika ia membacanya sekedar untuk hiburan maka ia telah melakukan perbuatan maksiat dan dosa. Sebab tidak dibolehkan mencari hiburan dengan membaca hal-hal syirik. Disamping setan terkadang berhasil menggoda jiwa manusia sehingga ia percaya kepada hal-hal syirik tersebut. Maka, membacanya termasuk sarana dan jalan menuju kemusyrikan.
  
2. SYIRIK ASHGHAR
Ya           a. Zhahir (nyata)
Berupa ucapan: Rasulullah SAW bersabda (yang terjemahannya): "Barangsiapa yang bersumpah dengan selain nama Allah, maka ia telah berbuat syirik". (HR. Ahmad, Shahih).

Dan sabda Nabi SAW yang lain (yang terjemahannya): "Janganlah kamu berkata: Atas kehendak Allah dan kehendak Fulan. Tapi katakanlah: Atas kehendak Allah , kemudian kehendak Fulan". (HR. Ahmad, Shahih).

Berupa amalan, seperti: Memakai gelang, benang, dan sejenisnya sebagai pengusir atau penangkal mara bahaya, jika ia meyakini bahwa benda-benda tersebut hanya sebagai sarana tertolak atau tertangkalnya bala. Namun bila dia meyakini bahwa benda-benda itulah yang menolak dan menangkal bala, hal itu termasuk syirik akbar. Imran bin Hushain radiallahu anhu menuturkan, bahwa Nabi SAW melihat seorang laki-laki terdapat di tangannya gelang kuningan, maka beliau bertanya (yang terjemahannya): "Apakah ini?".

Orang itu menjawab: Penangkal sakit. Nabi pun bersabda: "Lepaskan itu karena dia hanya akan menambah kelemahan pada dirimu; sebab jika kamu mati sedang gelang itu masih ada pada tubuhmu, kamu tidak akan beruntung selama-lamanya". (HR. Imam Ahmad dengan sanad yang bisa diterima).

Dan riwayat Imam Ahmad pula dari Uqbah bin Amir dalam hadits marfu (yang terjemahannya): Barang siapa menggantungkan tamimah, semoga Allah tidak mengabul-kan keinginannya; dan barang siapa menggantungkan wadaah, semoga Allah tidak memberi ketenangan pada dirinya. Disebutkan dalam riwayat lain: Barang siapa menggantungkan tamimah, maka dia telah berbuat syirik.(Tamimah adalah sesuatu yang dikalungan di leher anak-anak sebagai penangkal atau pengusir penyakit, pengaruh jahat yang disebabkan rasa dengki seseorang dan lain sebagainya. Wadaah adalah sejenis jimat).

b. Khafi (tersembunyi); syirik yang bersumber dari amalan hati, berupa riya, sumiah dan lain-lainnya.



Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.(QS Annisa':116)ga

Semoga ini bisa bermanfaat untuk kita semua umat muslim, tinggal masing -masing intropeksi diri, dan bertanya kepada diri sendiri apakah diri kamu telah melakukan perbuatan syirik, Jika jawabannya YA, maka segeralah bertaubat dan tinggalkanlah semua perbuatan syirik itu, Dan insyaALLAH dengan bertaubat sungguh-sungguh Dosa syirik itu dapat di ampuni.

Sebarkan posting ini ke teman-teman kamu atau copas saja di blog kamu supaya sobat muslim kita dapat membaca dan memahi yang namanya SYIRIK.

( SUMBER POSTING )
 n.

0

Tips Membiasakan Diri Untuk Shalat | Artikel Untuk Sobat Muslim Yang Tak pernah Shalat

Sabtu, 29 Desember 2012

???? ????? ?????????? ??????????-




Saya menulis sebuah artikel ini bukan karena saya ahli dalam agama, saya hanya manusia biasa yang masih  awam dalam agama, Asalkan ada kemauan untuk belajar insyaAllah kita bisa mengusainya sedikit demi sedikit.
Langsung saja kepokok yang Berkaitan dengan judul yang diatas " Tips Membiasakan Diri Untuk Shalat" Tulisan mudah-mudahan berguna untuk sobat-sobat muslim kita yang  mungkin jarang melakukan shalat, ataupun tidak pernah sama sekali, paling-paling shalat IDUL FITRI saja, yang haya setahun sekali.  Orang-orang seperti ini bukan hanya rekayasa saya saja, ini kenyataan yang terjadi di kampung halaman saya sendiri.

Kalau dia Anak ABG sih masih bisa dinasehati-nasehati atau diberi pelajaran tentang ilmu-ilmu agama biar dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa, Tetapi ini orang-orang Dewasa yang sudah berumur bahkan sudah bekeluarga. Saya melihat kondisi seperti ini merasa prihatin dengan lingkungan sekitar, apalagi pergaulan-pergaulan yang menyimpang dari agama. Yang seperti ini pasti akan jauh dari agama sehingga shalat tidak pernah diperdulilan.

Ada sebuah ayat menerangkan yang artinya :

Sholat itu adalah tiang agama (Islam), maka barangsiapa mendirikannya maka sungguh ia telah mendirikan agama (Islam) itu dan barangsiapa merobohkannya maka sungguh ia telah merobohkan agama (Islam) itu.

Dari potongan ayat diatas mungkin bisa dimengerti, Apabila kita sebagai umat muslim tidak ingin agama kita roboh marilah kita dirikan Shalat.
Bagi yang kawan-kawan kita yang jarang sholat atau tidak pernah shalat sama sekali padahal dirinya adalah muslim, marilah kita mulai dari sekarang untuk melakukan shalat, TIDAK ADA YANG NAMANYA TERLAMBAT, Asalakan ada kemauan untuk melakukannya.

Belum sampai disitu saja ingin sedikit berbagi pengalaman, Saya pernah mendengarkan curhat dari kawan saya yang tidak pernah jarang melakukan shalat sehingga dia lupa akan bacaan-bacaan shalat. Dia memang ada niat  untuk melakukan shalat, terutama shalat jum"at, Tetapi bukan faktor lupa akan bacaan shalat saja, Ternyata Untuk melakukan shalat bagi orang yang jarang/tidak pernah sholat memang susah minta ampun.

APAKAH ANDA YANG SEDANG MEMBACA ARTIKEL INI MERASAKANNYA?? jawab Dalam Hati saja, jangan sampai komentar2 yg kasar apalagi dengan caci maki...disini saya hanya sekedar share saja. dan berbagi pengalaman.

Mudah-mudahan Beberapa masukan saya dibawah ini bisa membuka hati kepada sobat-sobat muslim kita :



1. Seseorang muslim yang biasanya tidak pernah shalat, tetapi ingin memulai shalat atau ingin bertaubat.
Memang Sulit jika seseorang muslim tersebut untuk memulai shalat jika dirinya tidak terbiasa melakukannya pasti ada perasaan malu, dan kurang percaya diri. Maka buat para adik-adik yang masih dibawah umur biasakanlah untuk shalat dimanapun kamu berada ketika datang waktu shalat. walaupun shalat adik2 masih belum sempurna, itu tidak menjadi masalah. Yang penting menjadi kebiasaan yg rutin kamu sehari2 dan menjadi bekal kamu nanti jika sudah dewasa.

2. Untuk orang dewasa yg shalatnya masih malu2 tetapi punya niat untuk shalat, mungkin karena terhambat seperti di POIN 1 Cobalah lakukan shalat dirumah dulu untuk membiasakan diri / kalau masih malu sama keluarga, karena setan untuk menyerumuskan kita pasti ada akal-akalannya. Jadi TIPS saya Shalat saja secara diam2 didalam kamar, kalau bisa pintu kamar dan jendela dikunci supaya nggk ada yang mengetahui. Dan jangan lupa berdoa kepada ALLAH SWT supaya dimudahakan dalam melakukan shalat dan sampai akhirnya nanti.

3. Jika POIN 1 dan POIN 2 itu bisa kamu lewati cobalah tingkatkan lagi dengan shalat berjamaah dirumah ataupun di mesjid sehingga rasa kurang percaya diri kamu tersebut bisa hilang dan kamu bisa shalat dengan khusuk. Tetapi harus digaris bawahi dan hindari dari RIYA' .

4. Jika POIN 1, 2, 3 bisa terlewatkan dengan baik insyaAllah kamu akan merasa ringgan melakukan shalat dengan sendirinya. Dan saran saya cobalah memperdalam ilmu agama yang lurus dan dibenarkan. dijaman sekarang ini mau berhati-hati dalam memlilih sebuah keputusan yang kita ambil. Setan semakin hari tipu muslihatnya semakin canggih. intinya tetap berpegang teguh dengan AL-QUR'AN dan jangan sampai salah meng artikan maknanya..

Mungkin cukup ini saja pengalaman yang dapat saya bagikan, ambil yang baiknya dan buang yang buruknya. Kita sama-sama manusia yang banyak kekurangannya karena yang sempurna hanya ALLAH SWT.


0

Hikmah Dibalik Fungsi Air Telinga | Air Mata | Air Liur

Kamis, 04 Oktober 2012
Hikmah Dibalik Fungsi Air Telinga | Air Mata | Air Liur - Mengapa air telinga itu pahit rasanya, air mata asin rasanya sedangkan air liur tawar rasanya ?
Mungkin terkadang kita tidak menyadari hal-hal sepele yang ada pada panca indera kita. Dan ini hanyalah secuil hikmah dari segala keajaiban yang ada pada tubuh kita.
Sudah merupakan ketentuan Allah Subhanahu Wa Ta�ala bahwasannya air telinga atau kotoran telinga yang dalam bahasa kedokteran disebut serumen itu pahit sekali rasanya, fungsinya agar setiap hewan-hewan tidak dengan mudah masuk ke dalam rongga telinga. Setiap kali hewan berusaha masuk kedalamnya pastilah segera mencari jalan keluar. Selain itu juga kalau anda terlalu rajin membersihkan kotoran telinga akan membuat liang telinga kering, gatal dan mudah terinfeksi.
 Selanjutnya Allah juga menciptakan air mata rasanya asin, tujuannya agar dapat menjaga kesehatan mata. Sebab lemak yang ada pada mata mudah sekali rusak, maka air mata pun diciptakan asin untuk memelihara keduanya.
Berikut penjelasannya :

Air mata atau yang kita sebut lapisan air mata itu sebenarnya terdiri dari tiga lapis.
Jadi lapisan air mata yang pertama namanya lapisan mukus yang melapisi langsung kornea, dan membentuk pondasi agar lapisan air mata melekat pada mata.
Lapisan kedua yang berada di bagian tengah ialah lapisan akuos, yang berfungsi menyuplai oksigen dan zat-zat penting lainnya yang berguna untuk nutrisi kornea. Selain itu, lapisan akuos juga berfungsi untuk melembabkan mata. Lapisan akuos 98% terdiri dari air, dan komposisi lainnya ialah garam, protein dan senyawa lainnya.
Sedangkan lapisan yang terluar atau ketiga ialah lapisan lemak, yaitu berupa lapisan berminyak yang berfungsi untuk mencegah penguapan.
Ketiga lapisan air mata ini diproduksi oleh berbagai kelenjar dalam mata. Lapisan akuos diproduksi oleh kelenjar lakrimal yang berlokasi di samping luar kelopak mata atas. Kelenjar-kelenjar lemak dan kelenjar keringat di kelopak juga membantu produksi dari lapisan mukus dan lapisan lemak. Apabila kita berkedip, maka kelopak mata akan menyebarkan lapisan air mata di seluruh permukaan mata.
Dan Allah menciptakan air liur itu rasanya tawar agar dapat mencicipi berbagai jenis rasa sesuai dengan rasa aslinya. Sebab bila rasanya tidak tawar tentunya setiap rasa akan berubah, misalnya orang yang air liurnya menjadi pahit karena sakit maka segala sesuatu yang dicicipinya menjadi pahit padahal sebenarnya tidak pahit.
Seorang penyair berkata :
Siapa saja yang air liurnya pahit karena sakit
Maka air tawar akan terasa pahit baginya
Dari berbagai sumber
0

Dibalik Dari Hidup Yang Sederhana

Senin, 30 Juli 2012
Dibalik Dari Hidup Yang Sederhana - Hidup sederhana tidak berarti miskin, pelit dan menyiksa diri. Sikap ini muncul justeru dari pribadi yang kaya hati, kuat mengendalikan diri dan peduli terhadap sesamanya. Orang yang biasa hidup sederhana akan lebih jernih memandang dan membaca dunia sekitar karena melihatnya dengan hati yang lebih bening, tidak terhalang aksesoris untuk memancing pujian orang.

Dalam bentuk bangunan fisik, bangunan sederhana yang amat anggun dan sangat magnetik tentu saja Ka�bah. Sejak dari warna, bentuk dan isinya yang serba sederhana, namun di balik kesederhanannya itu Ka�bah menyimpan sejarah dan cita-cita sangat mulia yang diwariskan Nabi Ibrahim untuk mengajak umat manusia agar mengenali siapa dirinya. Bahwa seluruh manusia itu pada dasarnya bersaudara. Semuanya berasal dari Allah dan semuanya akan kembali pada-Nya.

Tokoh-tokoh besar penggubah jalannya sejarah dan pembangun peradaban besar umumnya hidup secara sederhana. Yang besar adalah jiwanya, menjulang tinggi cita-cita dan nalar kreatifnya. Sampai-sampai soal makan, pakaian dan tempat tinggal tidak dipikirkan kecuali sebatas menjaga kesehatan dan keamanan dirinya untuk berkarya. Tokoh yang masih mudah dikenang, di luar jajaran Nabi, adalah Mahatma Gandhi, Ayatullah Khumaini, dan Nelson Mandela. Mereka begitu sederhana gaya hidupnya.

Kita jadi prihatin dan merenung, mengapa para politisi dan pejabat tinggi kita terjebak ke dalam alam pikir dan gaya hidup yang dangkal? Yang menempatkan gaya hidup konsumtif dan kekayaan materi sedemikian tingginya, sehingga tidak segan-segan melakukan korupsi yang berakibat pada kehancuran martabat negara, bangsa, rakyat dan dirinya sendiri. Sikap sederhana muncul jika seseorang lebih menghargai kualitas hidup yang lebih dalam, bukannya pada kemasan atau gaya hidup yang lebih menampakkan kulit luarnya saja.

Orang yang sangat mementingkan kemasan luar bisa jadi tengah mengalami krisis kepercayaan diri. Atau memang sudah dari dulunya terbiasa hidup serba mewah dan glamour. Bagi seorang pemimpin sangat penting membiasakan hidup sederhana agar tidak tercipta jarak yang menganga dengan rakyat. Yang lebih penting dari hidup sederhana adalah pada perilaku dan tutur katanya. Bisa jadi seseorang kekayaannya melimpah, namun tidak membuatnya silau dan menjadi tawanan dari kekayaannya. Harta adalah instrumen atau pelayan yang mesti mengabdi pada pemiliknya, jangan terbalik.         

Ada orang berpendapat, sebagian masyarakat kita sudah termanjakan oleh gaya hidup konsumtif dengan biaya mahal sejak masa orde baru. Bangunan hotel, restauran, mal dan show room mobil selalu bermunculan, yang kemewahannya jauh mengalahkan bangunan sekolah, universitas dan gedung kesenian. Masyarakat Indonesia juga dikenal sebagai pangsa pasar yang sangat subur bagi produk telepon genggam dan parfum produk mutakhir. Di Jakarta Selatan terdapat lebih dari sepuluh mal dan pusat-pusat belanja yang cukup mewah. Dan itu pun selalu ramai dikunjungi orang.

Ketika terjadi krisis ekonomi dan lingkungan, terutama akibat banjir dan macet,  keluarga kelas menengah kita sangat mudah berkeluh kesah dan hampir putus asa bagaimana mengatasinya. Kita memang sudah begitu lama hidup dimanjakan oleh berbagai fasilitas pembangunan mewah warisan orde baru, meskipun dari uang utang luar negeri, sehingga berat kalau diturunkan gaya hidupnya. Yang bahaya adalah jika mental ini menular pada anak-anak kita.

Pada generasi awal, yaitu generasi pejuang yang mengadu nasib merintis karir di kota besar, mereka masih memiliki ingatan atau mental data base bagaimana hidup susah. Tetapi generasi baru yang terlahir di masa orde baru yang merasa serba berkecukupan lalu sekarang situasi memburuk, maka mental mereka tidak cukup kuat menghadapi kerasnya kehidupan. Mungkin faktor ini ikut mendorong untuk memilih jalan pintas tanpa memperhatikan halal-haram. Lalu orangtua pun ingin melestarikan statusquo pada wilayah comfort zone bagi dirinya dan keluarganya sehingga, lagi-lagi, tidak segan-segan melakukan korupsi.

Sesungguhnya gaya hidup sederhana sudah dicontohkan oleh para pejuang pendiri bangsa. Dan dulu pernah juga semasa Pak Harto muncul seruan hidup sederhana. Tetapi rupanya hanya sekadar seruan, tidak terwujud dalam pelaksanaan. Di lingkungan pendidikan pun mengalami krisis pendidikan character building. Ambisi untuk lulus ujian nasional menjadi agenda utama setiap sekolah dengan mengurangi perhatian pada pengembangan bakat dan pendidikan karakter.

Padahal, sebuah bangsa akan bangkit dan maju kalau pemerintah dan masyarakatnya kompak berani hidup sederhana, lalu diikat oleh semangat dan cita-cita untuk membangun kebanggaan sebagai sebuah bangsa dan negara sebagaimana yang dicontohkan oleh peristiwa historis Sumpah Pemuda 1928. Dari sisi materi, mereka sederhana hidupnya, tetapi sangat kaya dengan imajinasi, cita-cita mulia dan altruistik. Yaitu perasaan bahagia dan bermakna hidupnya dengan banyak memberi bukannya mengambil atau menerima belas kasih orang.[metrotvnews]
0

Menghargai Nikmat Yang Diberikan-Nya | Cerita Faktaku Hari Ini

Selasa, 17 Juli 2012
Menghargai Nikmat Yang Diberikan-Nya | Cerita Faktaku Hari Ini - Hari ini banyak sekali hikmah yang ku dapatkan dari perjalanku menuju kerumah orang tuaku dengan menggunakan motor maticku yang selalu setia menemaniku kemana saja ku pergi.
Seperti biasaya sebelum menjalankan motorku aku ingat untuk menyiapkan handset untuk mendengarkan lagu dari ponselku.



Dengan Bismillah lalu aku menjalanka sepeda motorku dan jika terasa bosan diperjalan, lalu ku buka musik dari ponselku dan mendengarkannya. Tak lama diperjalananku terlihat awan hitam yang sepertinya akan turun hujan, akupun terus melajukan sepeda motorku supaya tidak terkena hujan nantinya. Tetapi sekitar 50% perjalananku ternyata hujan sudah turun dan hujannya sudah reda sehingga jalan masih basah dan tampak licin, akupun harus berhati-hati menjalankan sepeda motorku itu.


Lalu tak lama kemudia aku melihat ada beberapa orang dipinggir jalan sambil berkejar-kejar menghampiri sebuah mobil pik-up yang rupanya mobil tersebut bertabrakan dengan sebuah motor yg dikendari 2orang bapak2 umurnya sekitar 30an dan 40an. Akupun seponstan berhenti dar motorku dan menghampiri di TKP ternyata kejadian itu baru saja terjadi sekitar berapa detik yg lalu dan kedua orang itu dan motornya terlempar didalam parit yang semak2. Dengan hitungan menit orang2pun ramai berdatangan ingin melihat kejadian tersebut.
ini gambar kejadian tersebut:


Melihat kedua orang tersebut yang di tabrak pik-up tersebut orang2 melakukan pertolongan kepada bapak2 yg umurnya sekitar 30an itu.kepalanya penuh berlumur darah lalu dinaikan orang2 dipinggir jalan dan yang umurnya 40an itu masih didalam parit sambil duduk dalam keadaan setengah sadar, dan yang lucunya orang2 tidak ada untuk membantunya untuk naik keatas.hampir 3-4 menit dia belum juga naik keatas, lalu akupun turun kebawah parit tersebut dibantu 3orang lainnya. Ternyata kaki pak tua tersebut sudah kelihatan tulang keringnya sepertinya sudah patah tidak bisa untuk berjalan lagi. seerrrr aku melihatnya seakan tidak percaya dan terasa bergetar baru kali itu melihat tulang manusia yg masih segar berlumur darah.

Tak pakai lama kamipun mengangkat pak tua itu naik keatas dan mencari bantuan untuk kedua orang itu dibawa kerumah sakit terdekat.hampir 30 menit barulah mendapatkan kendaraan untuk membawa kedua orag tersebut kerumah sakit.dan akhirnya suasana di TKP sedikit tenang yg tadinya kalang kabut.

Tak lama kemudian polantas tiba akupun melanjutkan perjalananku menuju rumah ortu, sambil bersepeda motor akupun merenungkan kejadian yg baru saja aku alami, terasa tidak percaya akan hal itu tetapi sudah kenyataannya. Dan akupun berpikir lagi apabila itu terjadi kepadaku dan aku yg diangkat orang2 dan dibondong kerumah sakit. betapa sakitnya yg dirasakan bapak tua tersebut kakinya patah sepertinya aku ikut merasakannya.

Setelah berpikir seperti itu.langsung saja hati ini memikirkan keseluruh organ tubuh ini. Jika punya Kaki manfaatkanlah sebaik2nya menuju jalan2 kebaikan ini semua hanya titipan-Nya.
Apapun Nikmat yang selama ini kita dapatkan baik yg diketahui atau tidak diketahui sebaiknya kita syukuri dan kita hargai.

Cukup itu saja cerita fakta yg telah aku alami hari ini 17 juli 2012 pukul 11:30 , semoga saja semua ini menjadi pelajaran untuk kebaikan nantinya amin...
0

Menjadi Blogger Yang Bersih Dibulan Ramadhan

Menjadi Blogger Yang Bersih Dibulan Ramadhan - Dibulan yang suci ini marilah kita tingkatkan imam dan takwa kita kepada Allah SWT. Dengan mendekatkan diri kepadanya dan menjalankan semua apa-apa yang telah diwajibkan-NYA seperti berpuasa sebulan penuh untuk orang-orang yang mampu menjalankannya. Tetapi kalau lagi sakit atau benar-benar tidak bisa menjalankannya haruslah membayar ketentuan yang telah ditetapkan. Karena Puasa itu *WAJIB*

kembali dengan pokok judul diatas adalah Menjadi Blogger Yang Bersih Dibulan Ramadhan, Jika sobat-sobat bloger yang ada waktu untuk bloging di bulan ramadhan dan ingin menulis artikel-artikel sebaiknya tulislah yang baik-baiknya saja, Jika perlu menulis yang berbau islami, biar kita yang sedang berpuasa bisa lebih menambah ketakwaan kepada-NYA dan juga para pengujung2 blog kamu. InsyaAllah kebaikan-kebaikan yang telah kamu tulis dibalas dengan kebaikan juga amin....

Semua orang pasti menyukai yang namanya kebersihan, karena kalau bersih itu bisa membuat kita lebih tenang dan nyaman atau lebih dari itu. Maka dari itu kita sebagai bloger yang hobinya menulis dan menulis di blog kamu masing2 dan berbagi info kepada teman yang membutuhkan, pasti mau blognya menjadi bersih, bersih yang dalam arti tidak ada yang berbau porn,atau mengajak keburukan-keburukan.

Banyak sekali saya temukan situs/web/blog yang mempublikasikan hal-hal yang tidak baik,bahkan hal-hal yang merugikan orang lain seperti mencuri password orang lain, itu adalah menurut saya sifat2 tidak baik bahkan merugikan orang lain. Dan masih banyak lagi cara2 lainnya. saya sempat berpikir kenapa sebelum mempublikasikan tulisannya itu orang yg bersangkutan tidak menalar terlebih dahulu, apakah perbuatannya itu BAIK/BURUK. Apakah Dia hanya semata-mata mementingkan Visitor berdatangan di halaman yg dia miliki, tetapi tidak memikirkan apakah yg dia lakukan itu BAIK/BURUK. dibandingkan sang pembaca nantinya, penulislah yang lebih berdosa karena sebagai Biang keroknya.

Walaupun kejahatan itu hanya dilakukan didunia maya saja, tetapi yang namanya keburukan-keburukan suatu saat pasti akan dipertanggung jawabkan.

Berhubung dibulan suci ramadhan ini marilah kita kejar kebaikan-kebaikan. InsyaAllah, Kebaikan kita ditrima oleh ALLAH SWT. Aminn.....

Cukup sekian tulisan dari saya ini, Jika ada kesalahan/tulisan ini menyinggung blog lain, mohon maaf, Karena kita sebagai umat muslim hanya mengingatkan saja.dan yg pastinya ambil yg BAIK buang yang BURUK..
0

NgeHack Wifi | Hotspot = Maling

NgeHack Wifi | Hotspot = Maling  - Dizaman yang modern sekarang ini kejahatan makin merajalela saja, bukan hanya maling motor, yang sekarang marak dibicarakan di tv tv. tetapi sekarang maling Wifi atau populernya hotspot pun sudah marak dibicarakan di dunia maya, bahkan blog-blog memberikan cara jahat ini step demi step,supaya bisa membobol pasword wifi orang lain,saya kurang tahu juga apakah caranya itu bisa berhasil atau tidak untuk membobol wifi/hotspot orang lain itu, ngehack ini pun termasuk juga yang namanya pencurian alias maling. Yang Namanya pencurian pastinya merugikan orang lain maka jauhilah pencurian kecil maupun besar. Ada bermacam-macam Tindak Pidana Pencurian dimasa rasulullah adalah:

Sebagaimana yang terdapat pada al-Qur�an surat al-Ma>idah ayat di
atas, macam-macam tindak pidana pencurian dapat dibagi berdasarkan dari
segi hukumannya, yaitu:
a. Pencurian yang diancam dengan hukuman h}add
Pencurian yang diancam dengan hukuman h}add ini adalah
pencurian yang hukumannya telah dinashkan dalam al-Qur�an, yakni
dengan hukuman potong tangan. Ada dua macam dalam pencurian ini,
yakni:
1) Sariqah s}ughra> (pencurian kecil atau biasa), adalah pengambilan
harta orang lain secara diam-diam, dan wajib dikenakan hukuman
potong tangan.
2) Sariqah kubra> (pencurian besar atau pembegalan), adalah
pengambilan harta orang lain secara terang-terangan atau dengan
kekerasan atau biasa disebut dengan hirabah.
b. Pencurian yang diancam dengan hukuman ta�zir (sanksi)
Pencurian yang harus dikenai sanksi adalah pencurian yang
apabila syarat-syarat penjatuhan h}addnya tidak lengkap. Pencurian
dengan model ini pun ada dua macam, yaitu:
1) Pencurian yang diancam dengan h}add namun tidak memenuhi syarat
untuk dapat dilaksanakan h}add karena terdapat syubhat di dalamnya.
Misalnya mengambil harta milik anak sendiri atau harta bersama.
2) Mengambil harta dengan sepengetahuan pemiliknya, namun tidak
atas dasar kerelaan pemiliknya dan juga tidak menggunakan
kekerasan. Misalnya mengambil jam tangan yang berada di tangan pemiliknya dengan sepengetahuan pemiliknya dan membawanya lari atau menggelapkan uang titipan.

Mudahan artikel ini bisa bermanfaat, ini semua hanya untuk mengingatkan kita sesama muslim. intinya lakukanlah hal yang terbaik dan jauhilah hal-hal yang tidak baik atau hal yang merugikan orang lain.wss
Sumber: http://id.shvoong.com
0

Kisah Tentang Al-Ghazali From Persia

Minggu, 15 Juli 2012
Kisah Tentang Al-Ghazali Dari Negeri Persia - Selama orang-orang Normandia melakukan konsolidasi kekuasaannya di Inggris dan Sicilia, dan selama aliran pengetahuan Arab ke Barat terus meningkat melalui Arab Spanyol dan Italia, saat ini kekuasaan Islam telah berlangsung tak kurang dari lima ratus tahun lamanya. Puncak keilmuan yang tak seimbang �yang fungsi-fungsinya telah dilarang oleh hukum agama, tetapi dalam kenyataan memiliki kekuatan yang besar� berupaya untuk mencoba mendamaikan metode filsafat Yunani Kuno (Greek) dengan al-Qur�an dan Sunnah-sunnah Nabi saw. serta menerima Skolastisisme sebagai metode untuk menafsir agama. Para ahli dialektika belum mampu menemukan diri mereka untuk mendemonstrasikan kebenaran dan kepercayaan-kepercayaan mereka dengan makna-makna intelektual. Masyarakat lewat sirkulasi pengetahuan telah tumbuh melampaui dialektika formal. Kondisi ekonomi yang sangat baik telah menghasilkan intelektualitas yang luas, melampaui kebutuhan terhadap jaminan-jaminan dogmatik. Atau melampaui pernyataan bahwa, �negara harus benar�. Islam telah menjadi negara. Islam tampak seperti akan jatuh berkeping-keping.

Seorang pemuda Persia, negeri permadani, yang dikenal dengan Muhammad al-Ghazali (seorang pemintal benang), hidup yatim sejak masih kecil dan dididik sebagai Sufi di sebuah universitas di Asia Tengah yang ada saat itu. Ia ditakdirkan untuk memperoleh dua hal yang luar biasa, sebagai akibat dari dimana dua agama, Islam dan Kristen menghasilkan beberapa karakteristik yang hingga kini tetap dimiliki.

Islam ortodoks telah menentang Sufisme yang dianggap mencoba mengabaikan hukum dan menggantikannya dengan �pengalaman personal� mengenai makna agama yang sebenarnya. Hal itu dianggapnya sebuah idea sangat bid�ah. Tetapi Muhammad al-Ghazali benar-benar telah menjadi seorang yang mampu mendamaikan Islam dengan intelektualisme dan memperbaiki kepercayaan-kepercayaan pokok Asy�ariyah serta membentuk diktum-diktumnya sebagai kepercayaan Islam universal, sebagaimana dikatakan oleh Profesor Hitti. Betapa suksesnya pembuat bid�ah ini dalam proses menjadi penemu kebenaran bagi �gereja� Muslim, hingga kebanyakan masyarakat ortodoks memberinya titel akademik tertinggi yang terkenal dengan �Hujjatul Islam� (the Authority of Islam, Pembela Islam).

Setelah lima puluh tahun lamanya tulisan mereka, buku-bukunya menyebarkan pengaruh yang sangat besar terhadap Skolastisisme Yahudi dan Kristen. Ia tidak hanya mendahului mode yang luar biasa dari Holy War dan Pilgrim�s Progress-nya John Bunyan, tetapi juga mempengaruhi Ramon Marti, Thomas Aquinas dan Pascal, sebaik sejumlah pemikir-pemikir modern.

Buku-buku seperti Tahafutul-Falasifah (Kerancuan Para Filosuf, Kimiyya�us-Sa�adah (Kimia Kebahagiaan) dan Misykatul-Anwar (Relung Cahaya) terus dipelajari secara seksama dan mengandung ajaran-ajarannya yang besar.

Pada Abad Pertengahan di Eropa ia dikenal dengan Algazel. Abu Hamid Muhammad al-Ghazali telah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih banyak dari catatan-catatan seorang penulis. Para ahli teologi Kristen dengan senang hati menyerahkan pertanyaan-pertanyaan itu kepada pemikir-pemikir Muslim, dan al-Ghazali memberikan jawaban-jawabannya kembali dan mencapai apa yang oleh Profesor Hitti disebut jawaban mystico-psychological Sufi. Posisi Sufisme yang diterima dan dikenal oleh banyak Muslim yang dianggap sebagai makna inti Islam adalah hasil langsung dari karya al-Ghazali.

Idea-idea yang disampaikan oleh al-Ghazali dan telah mempengaruhi St. Thomas Aquinas the Dominican dan St. Francis of Assisi, masing-masing dengan caranya sendiri, telah menyebabkan kebingungan di pikiran para pemikir Mistisisme Barat yang terus menahan sakit hingga kini. Bagi Sufi, aliran al-Ghazali dalam dua tekanan yang berbeda terlihat dengan jelas di dalam dua aliran Intelektual Dominican dan aliran Intuitif Franciscan. Dua pengaruh yang berbeda akibat gejala adaptasi dan spesialisasi dalam satu metode Sufi itu begitu definitif sedemikian jelasnya, bahkan sekalipun salah satunya tidak mengetahui sumber-sumber inspirasi yang dipakai oleh dua guru Kristen di atas, itu akan baik sekali untuk diidentifikasi aliran Sufinya.

Evelyn Underhill (Mysticism) telah mengatur untuk mengungkapkan kesatuan fondasi aliran-aliran yang tampak berbeda pada dua madzhab Kristen itu. Tampaknya tanpa mendengarkan pengaruh-pengaruh Sufi terhadap Mistisisme Kristen, ia bisa mencatat bahwa dua aliran Dominican dan Franciscan secara mendasar berakar dalam perenungan dan �akibat kemampuan menafsir dunia Abad Pertengahan yang merupakan tradisi spiritual besar masa lalu.�

Al-Ghazali, dengan menggunakan konsep Sufi bahwa semua religiusitas dan aktivitas psikologis secara esensial adalah alam yang sama, dengan menampilkan kembali tradisi yang berlaku yang dapat dikembangkan lebih lanjut oleh individu-individu tertentu, telah mencapai posisi dimana ia mampu menyajikan dua hal: dunia mistik dan teologis secara sempurna dalam konteksnya. Dalam pekerjaan itu, ia mampu mendemonstrasikan bagian dalam dari realitas agama dan filosofi (inner reality of religion and philosophy) dalam cara sedemikian sebagai seruan bagi para penganut setiap keyakinan (keimanan). Konsekuensinya, walaupun pekerjaannya telah dihormati oleh para pengikut dari berbagai tradisi yang berbeda, ada kecenderungan yang salah untuk menganggap bahwa ia telah mengusahakan pemaduan agama. Seorang ahli teologi Kristen, Dr. August Tholuck, termasuk yang beranggapan demikian, ketika ia menyetujui bahwa tulisan-tulisan al-Ghazali sesuai dengan agama Kristen. Pertanyaan-pertanyaan Tholuck tentang materi itu patut dicatat dengan seksama, ketika memberikan sebuah contoh yang luar biasa tentang bentuk pemikir �gajah di tempat gelap� yang tak mempercayai sebuah sumber tunggal untuk semua pengajaran metafisika yang jujur, dan harus mencoba memberikan penjelasan tentang bahan-bahan beberapa penampilan baru dari seorang guru:

�Semua itu baik, penting dan mulia, dimana jiwa besarnya telah sampai. Ia telah menganugerahkan Muhammadisme dan mempercantik doktrin-doktrin al-Qur�an dengan begitu banyak kesetiaan dan tahu bahwa dalam bentuk ajaran-ajaran yang ia berikan, tampaknya ajaran-ajaran itu, menurut pendapat saya, berharga bagi persetujuan ummat Kristen. Apa pun luar biasanya isi filsafat Aristoteles atau isi mistisisme Sufi, ia sangat hati-hati menyesuaikannya dengan teologi Muhammad. Dari tiap madzhab ia mencari makna-makna pancaran sinar dan kemurnian agama, pada saat kesetiaannya yang tulus dan kesadarannya yang tinggi menyebarkan sebuah kemuliaan yang suci ke dalam semua tulisannya.�

Sulit ada sesuatu yang mampu menggerakkan intelektualitas peneliti untuk mempercayai bahwa semua yang ia pelajari terbentuk dari sesuatu yang tambal sulam.

Pada suatu waktu, ketika hanya sedikit ahli agama yang mampu dengan seksama mengkaji sebuah Hadis Rasul secara benar, itu pun hanya terbatas pada orang-orang tua, al-Ghazali telah diangkat sebagai seorang Profesor pada universitas terkenal, Nizhamiyah di Baghdad, saat ia berusia tiga puluh tiga tahun. Intelektualitasnya benar-benar berada di tingkatan yang sulit dilampaui dalam Islam. Baginya, obyek pendidikan yang sebenarnya tidak semata untuk memberikan informasi, tetapi juga memberikan stimulasi terhadap kesadaran batin, sebuah konsep yang sangat revolusioner bagi pengajaran yang ada saat itu. Ia telah mengemukakan teorinya itu dalam bukunya, Ihya� Ulumiddin (Menghidupkan Ilmu-ilmu Agama). Dibanding Rumi (yang baru menyatakan tentang batas-batas puisi setelah menjadi penyair besar), al-Ghazali saat itu telah mampu menunjukkan keterpelajarannya. Tak kurang dari tiga ratus ribu Hadis Nabi saw. ia hafal, dan telah mendapat predikat Hujjatul-Islam (Pembela Islam).

Kekuatan-kekuatan intelektualnya yang telah menyatu dengan kegelisahan pikirannya, seperti yang ia kemukakan dalam tulisan-tulisan otobiografinya, membuatnya melakukan penyelidikan tanpa kenal lelah pada setiap dogma dan doktrin yang ia rasakan bertentangan. Ini semua dilakukan pada saat ia masih muda belia.

Selama masih mengajar, al-Ghazali telah membuat kesimpulan bahwa canon law, prinsip utama hukum (seperti yang telah ia tulis dalam buku-buku yang terpercaya) adalah basis yang tak cukup untuk mewadahi realitas, dan ia pun jatuh ke dalam Skeptisisme.

Setelah mengundurkan diri dari jabatannya, al-Ghazali menggunakan dua belas tahun periode darwisnya � untuk mengembara dan melakukan meditasi, kembali ke latar belakang Sufinya untuk menemukan jawaban-jawaban yang tidak ia dapati dari dunia kebiasaan yang berlaku.

Ia mengaku bahwa telah menjadi seorang yang egois, dan sangat merindukan pujian dan pengakuan. Ketika menyadari bahwa dirinya telah menjadi sebuah penghalang dalam mencapai pemahaman yang benar, ia tidak secara mendadak merendahkan diri memilih �jalan gelap�, sebagai obat untuk segala penyakit yang menawarkan jalan menuju banyak mistik. Ia menetapkan, bahwa akan menggunakan pengembangan kesadaran agar sampai pada kebenaran obyektif

Selama periode melepaskan urusan-urusan duniawi, setelah melepaskan karirnya sebagai seorang terpelajar, dimana ia telah menyelamatkan teologi Muslim dari kerusakan, al-Ghazali menceritakan bagaimana ia berjuang melawan penguasaan dirinya. Ia telah mengembara di sepanjang wilayah Timur, untuk berziarah ke tempat-tempat suci dan mencari pencerahan serta kejelasan makna di dalam cara kaum Sufi (kaum Darwis), setiap kali ia memasuki sebuah masjid. Pada khotbahnya, sang Imam selalu mengakhiri ceramahnya dengan kata-kata, �Demikian Imam kita al-Ghazali mengatakan.�

Sufi yang mengembara itu berkata kepada dirinya sendiri, �Duhai penguasaan diri, betapa nikmat kau dengar kata-kata itu. Sebelum kuceritakan kenikmatan ini berulangkali, aku telah meninggalkan tempat ini dengan segera, untuk pergi ke tempat yang tak ada seorang pun bicara tentang al-Ghazali.�

Ahli teologi, yang telah menerima master di luar bidang-bidang keagamaan, tahu bahwa kesadaran tentang hal yang boleh jadi telah menjadi maksud dari istilah �Tuhan� adalah sesuatu yang hanya dapat diapresiasikan dengan makna-makna batin, bukan didapat melalui kerangka aneka keagamaan formal.

�Aku telah berkunjung ke Syria,� katanya, �dan berdiam di sana selama dua tahun. Tak ada obyek lain kecuali mencari kesunyian, mengalahkan kepentingan diri, berjuang melawan nafsu, mencoba menjernihkan jiwa untuk menyempumakan watakku.� Ia melakukan itu karena Sufi tidak bisa masuk ke pemahaman kecuali hatinya telah siap �bermeditasi dengan Tuhan,� sebagaimana dikatakannya.

Periode saat itu hanya cukup memberikan kepadanya pancaran-pancaran sporadis pemenuhan spiritual (rasa awal) � tingkatan yang dipertimbangkan oleh sebagian besar ajaran-ajaran mistik non-Sufi untuk menjadi puncak, tetapi kenyataannya itu hanya merupakan langkah awal.

Hal itu menjelaskan kepadanya bahwa, �Para Sufi itu bukan orang-orang yang hanya berbicara, melainkan berpersepsi batin.� �Aku telah mempelajari bahwa semua itu dapat dipelajari dengan membaca. Tetapi kelanjutannya tidak bisa diperoleh dengan studi atau bicara.�

Walaupun telah dibingungkan oleh percobaan-percobaan ekstatiknya dalam memikirkan semuanya itu dan akhir dari semua penjelajahan mistik, al-Ghazali sadar bahwa �penyerapan Tuhan, sebagaimana disebut, yang telah dianggap menjadi tujuan Sufi, kenyataannya hanyalah merupakan permulaan.�

Ia mengakhiri intelektualisine dan skolastisismenya, karena sadar bahwa semua itu adalah sebuah akhir, dan dengan demikian ia akan mampu menyelesaikan tangga-tangga pendahuluan yang dapat menyeberangkan pengalaman-pengalaman mistik ke dalam sebuah kesadaran final. Ia dapat melakukan semua itu karma telah memperoleh apa yang ia cari � sebuah bentuk pengenalan, mirip sebuah pancaran sinar langsung, yang telah memberikan sebuah perasaan keyakinan dan makna-makna untuk mencapai kesadaran tertinggi (ultimate realization). �Ini adalah sesuatu,� katanya melukiskan persepsinya, �yang secara khas mirip seseorang yang benar-benar telah meraba sebuah obyek.�

Menceritakan kebahagiaan dan kesempurnaan tentang sebuah proses transmutasi alkimia dari kesadaran manusia, al-Ghazali mengemukakan sebuah cerita tentang Bayazid (al-Bisthami), seorang guru Sufi klasik pertama, dalam bukunya Kimiyya�us-Sa�adah (Kimia Kebahagiaan), untuk menekankan bagaimana amour propre (penguasaan diri) harus dilihat pertama dalam pancaran sinar yang nyata, sebelum pembersihan yang lain benar-benar dikerjakan:

Seseorang mendatangi Bayazid dan bertutur bahwa ia telah berpuasa dan beribadah selama tiga puluh tahun. Tetapi ia belum dekat pada pengenalan Tuhan. Bayazid menjawab, �Walaupun seratus tahun tak akan pernah cukup.� Orang itu bertanya, �Mengapa?�

�Karena keakuanmu telah menjadi penghalang antara dirimu dan kebenaran.�

�Berikan aku penyembuhnya!�

�Ada obatnya, tetapi ini tidak cocok untukmu.�

Laki-laki itu memaksa minta. Dan Bayazid setuju untuk menjelaskan.

�Pergilah dan cukur jenggotmu. Buka dirimu dan telanjangi, kecuali pakaian bagian pinggul ke bawah. Isi sebuah karung makanan penuh dengan buah walnut (sejenis kenari) dan pergilah ke pasar terbuka. Berteriaklah di sana, �Sebuah walnut untuk setiap anakyang menamparku!� Lalu baliklah engkau menuju ke sidang di mana doktor-doktor hukum sedang mengadakan sidang!�

�Tetapi, sungguh, aku tidak bisa melakukan itu. Tunjukkanlah kepadaku cara-cara lain!�

�Hanya itu caranya,� kata Bayazid, �tetapi aku belum selesai menjelaskan semua, tak ada jalan lain untukmu.�

Al-Ghazali seperti guru-guru zuhud lainnya, mempertahankan bahwa Sufisme adalah pengajaran batin semua agama, dan ia telah menggunakan banyak kutipan dari Bibel dan Apocrypha untuk menetapkan pendiriannya. Ia telah menulis sebuah kritik awal tentang pemutarbalikan dalam idea-idea Kristen, �Al-Qaul al-Jamil fir-Radd �ala Man Ghayyaral Injil� (Pendapat Baik untuk Memberi Bantahan terhadap Orang yang Mengubah Injil). Sebagai konsekuensinya, tentu ia setuju berada di bawah pengaruh Kristen. Kenyataannya, setidak-tidaknya ia memang demikian, yang bahkan BBC (British Broadcasting Corporation) ketika pada kesempatan tertentu menggunakan cerita-cerita Sufi untuk program agamanya di pagi hari, mungkin saja mengambilnya dari sumber-sumber sekunder, dan menggunakannya dalam makna esoterik mereka bila sesuai dengan nilai-nilai Kristen.

Al-Ghazali telah dituduh mengkhotbahkan sesuatu dan di belakang layar mengajarkan sesuatu yang lain. Itu adalah kebenaran yang tak diragukan, jika diterima bahwa ia telah menganggap Sufisme aktif sebagai sebuah tanggung jawab khusus yang hanya cocok untuk sejumlah orang tertentu yang memiliki kemampuan untuk menerima �Kepandaian�. Aspek-aspek doktrinal dan eksternal Islam yang ia umumkan dengan ortodoksi yang benar-benar sempurna, telah diperuntukkan bagi mereka yang tidak dapat mengikuti batin �Jalan Sufi�.

Insan Kamil (Manusia Sempurna) itu, karena hidupnya dalam waktu yang bersamaan berdimensi beda, harus mengikuti lebih dari satu perangkat doktrin. Seseorang yang berenang menyeberangi sebuah danau akan melakukan gerakan-gerakan, dan bereaksi terhadap apa yang ia lihat, yang berbeda dengan seseorang yang menuruni sebuah bukit, misalnya, Ia manusia yang sama; dan ia mengerahkan seluruh kemampuan renangnya ketika menyeberang.

Dengan keberanian luar biasa ia benar-benar mengemukakan hal itu dalam bukunya, Mizanul Amal (Timbangan Amal).

Insan Kamil memiliki tiga bingkai kepercayaan:

Pada lingkungannya.
Pada yang ia berikan kepada murid-murid dalam menyesuaikan dengan kapasitas pemahaman mereka.
Pada yang ia pahami dari pengalaman-pengalaman batin; hal ini untuk diketahui oleh sebuah kelompok khusus.
Bukunya, Misykatul Anwar (Relung Cahaya) adalah sebuah ulasan tentang Ayat Cahaya dalam al-Qur�an yang sangat populer, juga sebuah gambaran pengertian awal tentang Ayat tersebut.1

Ia menjelaskan bahwa segala sesuatu memiliki arti �bagian luar� dan arti �bagian dalam�. Keduanya tidak dapat beroperasi bersama-sama, walaupun keduanya bekerja secara konsisten dalam berbagai segi masing-masing. Versi yang berlaku dalam kelompok-kelompok umum, itu benar, tidak mengandung penafsiran yang dirancang oleh perwakilan-perwakilan persaudaraan kaum darwis yang ada; tetapi itu hanya karena kunci untuk membuka buku yang luar biasa itu tidak dapat diekspresikan dengan kata-kata, karena ia merupakan sebuah bentangan pengalaman pribadi. Dengan kata lain, itu hanya bisa dipahami bila dialami.

Kenyataan ini, suatu dasar dalam Sufisme dan ditentukan oleh banyak penulis Sufi, boleh jadi bisa dipahami dengan mudah oleh pemikir-pemikir formal. Dalam sebuah terjemahan Misykatul Anwar yang digarap di Inggris oleh Direktur School of Oriental Studies, Kairo, Mr. W.H.T. Gairdner mengungkapkan kesulitan memahami al-Ghazali pada materi tentang inti pengalaman berkaitan dengan kepercayaan dan ketidakpercayaan, dan banyak lagi:

�Semua itu adalah misteri-misteri dan rahasia-rahasia yang tak terkomunikasikan dari pengungkapan, dimana penulis kita (al-Ghazali) menghindari (kesudahan) pada saat yang pasti manakala kita mengharap kesimpulannya. Itulah seni yang amat tinggi � lebih dari sekadar menggiurkan. Siapakah orang-orang yang �Ahli�, kepada siapa ia telah mengkomunikasikan getaran-getaran rahasia itu? Apakah hal-hal yang dikomunikasikan itu pernah ditulis untuk atau oleh calon-calon anggota saudaranya?�

Al-Ghazali menyebut rahasia-rahasia yang dialami, tetapi tak dapat ditulisnya. Ia tak tergiur untuk mencobanya.

Di sana benar-benar ada empat bagian dari karya al-Ghazali. Pertama, adalah materi filsafati yang ia tempatkan sebagai penolakan terhadap intelektual-intelektual dan teolog-teolog Muslim, dengan tujuan menjaga bersama bingkai teoritik agama. Kemudian lahir ajaran-ajaran metafisiknya seperti yang terdapat dalam karya-karyanya, Misykat dan al-Kimayya�. Setelah itu ada makna-makna yang disimpan dalam bentuk simbol di dalam berbagai karya tulisnya. Terakhir, ada ajaran yang dijabarkan dari sebuah pemahaman tentang dua hal terakhir, yang sebagian disebarkan secara lisan, dan sebagian lagi mudah dicapai oleh mereka yang mengikuti karya dan pengalaman mistiknya secara benar.

Seperti halnya para Sufi klasik, al-Ghazali menulis dan menggunakan lambang dan simbol puisi. Nama julukan yang dipilihnya sendiri yang umum ia gunakan adalah �al-Ghazali�. Terutama alat ini, �Pemintal�. Julukan ini menunjuk pada �seorang pemintal�, yang mengerjakan bahan-bahan seperti wool � kata kode untuk Sufi � dan mengandung arti �kebutuhan pemintalan� atau �kerja pemintal bahan-bahan� dan �memintal dirinya sendiri�. Juga untuk mengasosiasikan profesi yang berhubungan dengan Fathimah (yang maksudnya �Pencelup�), putri Muhammad saw. Darinya seluruh keturunan Nabi Muhammad saw menggambarkan silsilah mereka. Mereka dipercayai mewarisi pengajaran batin Islam, untuk menunjuk ke mana pengajaran batin Islam itu berhubungan dengan semua tradisi metafisik yang asli.

Perhatian penuh terhadap nama-nama puitik yang dipilih itu telah ditunjukkan oleh banyak asosiasi lain tentang kerja. Al-Ghazali juga melambangkan gazelle (istilah genetik untuk jenis-jenis antelope, tipe rusa bertanduk yang larinya cepat, seperti kijang, yang merupakan kata homonim dari �pecinta�). Tiga akar huruf GH-Z-L, dari mana kata GHaZaL diturunkan, yang itu juga berasal dari istilah teknis bahasa Arab standar dan Persia untuk menyatakan sebuah puisi cinta, sebuah tanda cinta kasih. Asal kata lain yang berakar dari kata itu juga meliputi pengertian sebuah jaring laba-laba (sesuatu yang teranyam) yang merupakan suatu keadaan yang direncanakan menjadi penghubung aksi menuju iman. Aksinya adalah penganyaman sebuah jaringan yang meliputi mulut gua, tempat Muhammad dan sahabatnya Abu Bakar bersembunyi dari musuh-musuh mereka dalam suatu kesempatan (sebelum hijrah ke Madinah).

Seorang Sufi tahu tradisi-tradisi itu. Karenanya menafsir nama al-Ghazali sesuai dengan prinsip yang telah menjadi pilihannya. Lalu, baginya, itu berarti bahwa al-Ghazali mengikuti jalan Cinta, jalan Kesufian (�benang wool�), yang artinya pekerjaan �memintal kesufian�. Al-Ghazali telah meninggalkan catatan-catatan kunci untuk diambil oleh para penggantinya, meliputi isyarat tentang keterjagaan sebuah doktrin batin (Fathimah, Pencelup) dalam konteks keagamaan yang ia alami.

Metodologi al-Ghazali diikuti oleh kelompok-kelompok Sufi dengan bermacam-macam variasi. Ia secara khusus mempertahankan penggunaan musik, untuk mengangkat persepsi-persepsi dalam buku Ihya�-nya � dalam hal yang semacam itu musik digunakan kaum Darwis dari Tarekat Mevlevi dan Chisytiyah. Di Barat, gubahan Ravel, Balero, sesungguhnya merupakan sebuah penyesuaian dari salah satu karya-karya musik yang dikomposisi secara khusus itu. Ia mengemukakan bahwa dalam upaya mengembangkan ke arah fakultas-fakultas lebih tinggi, kebanggaan diri harus dikenali dan dikalahkan. Bentuk-bentuk ini adalah bagian lain dari latihan dan studi Sufi. Ia memberi petunjuk bahwa kesadaran harus dialihkan, lebih baik daripada dikalahkan.

Itu sebenarnya digunakan dalam ungkapan khusus alkimia oleh para Sufi Abad Pertengahan yang bertanggung jawab atas sebagian besar kekacauan pikiran di kalangan peneliti-peneliti terakhir ini, perihal apa sebenarnya �alkimia� yang dimaksudkan. Sebagian menyatakan bahwa itu adalah sebuah bentuk samaran dari sebuah penyelidikan spiritual. Sebagian lagi menjawab, bahwa laboratorium-laboratorium para ahli alkimia telah diuji dan menunjukkan semua indikasi penggunaannya untuk eksperimen-eksperimen nyata. Karya-karya yang berasal dari para ahli alkimia spiritual telah digambarkan sebagai uraian kimiawi.

Al-Ghazali berkata demikian, �Emas alkimia lebih baik dari emas, tetapi ahli-ahli alkimia yang sebenarnya sangat jarang, karena itu merekalah Sufi-sufi yang sebenarnya. Tetapi orang yang punya sedikit pengetahuan kesufian tidak lebih baik dari seorang yang terpelajar.� (Kimiyya�us-Sa�adah).

Pertama kali perlu dicatat bahwa sebagian besar tradisi alkimia masuk ke Barat melalui sumber-sumber Arab dan apa yang disebut Lempengan Zamrud dari Hermes, the Thrice Greatest, bentuknya yang asli ditemukan di Arab. Lebih dari itu, perlu dicatat pula bahwa Sufi klasik yang pertama adalah Jabir bin al-Hayyan, dikenal sebagai sang Sufi, ahli alkimia dan okultis � Latin terkenal dengan Geber, yang hidup tiga abad sebelum al-Ghazali.

�Karya Agung� itu yang merupakan ungkapan terjemahan Sufi dan doktrin tentang mikrokosmos-makrokosmos (apa yang di atas sama dengan apa yang di bawah) juga terdapat dalam tradisi Sufi, dan diperkaya oleh al-Ghazali. Apabila Sufisme ternyata bukan ciptaan yang terikat pada suatu waktu tertentu, maka tak ayal lagi bahwa gagasan yang mirip mesti terdapat dalam tradisi-tradisi kebatinan asli lainnya. Kecuali kalau semua hal kebatinan itu benar-benar dipahami, maka pengamatan atas teori transmutasi dari yang kasar ke yang halus dari pijakan yang memadai, tiada lagi berguna.

Karya al-Ghazali Ihya� Ulumiddin secara luas sangat berpengaruh di kalangan Muslim Spanyol (sebelum ia diakui sebagai ulama agung dalam Islam) karena mengandung pernyataan-pernyataan seperti:
Masalah pengetahuan Ilahiyah itu begitu dalam sehingga hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang mengalaminya. Seorang bocah tidak mungkin memahami jangkauan pengetahuan seorang dewasa yang sebenarnya. Seorang dewasa yang awam tidak mungkin memahami pencapaian seorang yang terdidik. Demikian pula seorang yang terdidik tidak mungkin memahami pengalaman-pengalaman para wall yang tercerahkan atau para Sufi.
Ihya� mengandung penjelasan-penjelasan yang sangat penting dengan cinta ideal Sufi. Adapun perumpamaan manusia dengan sesamanya atau dengan makhluk seringkali digunakan. Dengan mengutip guru Sufi Malik bin Dinar, al-Ghazali menyatakan dalam Ihya�, Jilid IV �Seperti burung sejenis terbang bersama-sama, dua orang mempunyai kemampuan umum yang sama akan bergabung.�2

Al-Ghazali menjelaskan bahwa suatu �(pemakaian) pembauran dari (kata) seekor babi, seekor anjing, setan dan seorang wali� adalah titik pijak yang tidak lazim bagi pikiran yang berusaha mencapai pemahaman yang mendalam tentang hal-ihwal, dan pembauran ini tidak dapat dipahami melalui definisi. �Anda harus berhenti memandang sebuah bantal apabila sedang mencoba melihat sebuah lampu.�

Cara pembauran banyak hal adalah dibenarkan, sementara metode refleksi yang khas melalui pencerminan (penyamaan) ini harus dipahami dan dipraktekkan. Metode tersebut adalah pengetahuan sekaligus praktek yang merupakan hasil spesialisasi Sufi.

Teknik-teknik Sufisme tertentu untuk mencapai kemampuan mempelajari dan pembelajaran itu sendiri, seperti hikmah yang merupakan pencapaian terakhir, adalah hasil pendekatan kongkret. �Ada banyak tingkat pengetahuan,� tandas al-Ghazali. �Manusia secara fisik semata laksana semut berjalan di atas kertas, yang mengamati tulisan tinta dan hanya menghubungkan penulisannya dengan pena.� (Kimiyya�us-Sa�adah).

Apa hasil spesialisasi ini, selama dunia menjadi perhatian? Al-Ghazali menjawab dengan istilah-istilah khusus dalam Kimiyya. Sebagian orang mengendalikan tubuh mereka sendiri. �Para individu yang mencapai puncak kemampuan tertentu itu (mampu) mengendalikan tubuh mereka sendiri, demikian pula terhadap orang lain. Seandainya sebuah cacat di tubuh mereka ingin dipulihkan, maka ia tentu memulihkannya � Mereka mempunyai daya tarik atas orang lain karena suatu pengaruh kehendak.�

Ada tiga kualitas sebagai hasil dari spesialisasi Sufi yang dapat diungkapkan dengan istilah yang dapat dipahami pembaca awam:

Kemampuan ekstra persepsi, yang secara dasar dikerahkan.
Kemampuan mengeluarkan diri dari lingkungannya.
Kesadaran langsung atas pengetahuan. Bahkan apa yang biasanya sulit dicapai, mereka memahaminya melalui iluminasi atau pengamatan batiniah.
Kemampuan-kemampuan tersebut mungkin tampak khusus atau asing, namun semua itu sebenarnya hanya sebagian tingkat wujud atau eksistensi yang lebih tinggi, dan hanya dapat diterima orang awam melalui cara yang kasat ini. �Hubungan timbal balik (kesalingterkaitan) ini tidak dapat dijelaskan secara biasa; seperti dalam banyak hal lainnya, kita tidak dapat menjelaskan pengaruh puisi terhadap orang yang telinganya tidak dapat menangkapnya, atau pengaruh warna terhadap orang yang fungsi penglihatannya cacat.�

Al-Ghazali menjelaskan, manusia mampu hidup dalam beberapa taraf yang berbeda. Manusia biasanya tidak cukup tahu tentang kemampuannya untuk membedakan. Manusia (biasanya) berada pada salah satu taraf berikut ini. �Taraf pertama, ketika ia seperti seekor ngengat. Mempunyai penglihatan, tapi tidak mempunyai memori. Ia akan terus-menerus melapukkan (kain) dengan cara yang sama. Taraf kedua, ibarat seekor anjing, walaupun sedang lelah ia akan lari tunggang-langgang ketika melihat sebuah tongkat (pemukul). Taraf ketiga, seperti seekor kuda atau domba, keduanya akan segera lari ketika melihat seekor singa atau serigala yang merupakan musuh alami mereka. Namun keduanya tidak akan lari karena seekor unta atau kerbau, meskipun hewan tersebut lebih besar dari musuh turun-temurunnya itu.� Taraf keempat, manusia sepenuhnya melampaui keterbatasan-keterbatasan binatang tersebut. Kini ia mampu menggunakan beberapa kedalaman pandangan inderawi secara fungsional. Hubungan antara taraf yang berkenaan dengan daya penggerak tersebut dapat disetarakan dengan:

Berjalan di atas tanah.
Menumpang perahu.
Naik kereta.
Berjalan di atas laut.
Selain semua ini, ada yang mungkin menyatakan bahwa pada fase tertentu manusia dapat terbang di udara dengan kekuatan dirinya sendiri.

Orang biasanya berada pada salah satu dari dua taraf yang pertama. Dalam hal ini mereka tidak bertahan sebagaimana seharusnya. Dalam keadaan statis, mereka senantiasa bertentangan dengan orang-orang yang senantiasa dinamis.

Dalam karya metafisisnya, al-Ghazali jarang sekali mempersulit diri untuk memaksa orang mengikuti langkah Sufi. Namun, dalam satu ulasan pendek, ia benar-benar menandaskan satu argumen: �Jika apa yang dikatakan para Sufi itu benar � bahwa ada upaya sangat penting dalam hidup yang menunjuk suatu hubungan dengan masa depan manusia � maka ada banyak perkara di dunia masa depan itu. Di sisi lain, jika tidak ada hubungannya, maka sama sekali tidak ada persoalan.� Oleh karena itu, al-Ghazali mengajukan, �Tidakkah lebih baik membebaskan prasangka itu dengan menunjukkan sudut pandang tersebut? Selebihnya akan sangat terlambat.�

Selanjutnya, dalam Kimiyya�us-Sa�adah al-Ghazali kembali pada persoalan aspek psikologis musik. Ia mencatat bahwa mekanisme musik dan tari dapat digunakan untuk menggairahkan (hidup). Musik dapat menjadi sebuah metode untuk menciptakan dampak emosional. Namun ia mempertahankan bahwa ada sesuatu fungsimusik yang polos � musik yang tidak menimbulkan sentimen agama-semu � yang digunakan sebagai sarana ibadah.

Penggunaan musik di kalangan Sufi berbeda dengan penggunaan secara emosional. Sebelum seorang Sufi terlibat dalam kegiatan musikal, termasuk mendengarkan musik, pastilah ditentukan melalui pencermatannya, apakah musik tersebut akan berguna bagi pengalamannya.

Ada sebuah centa berhubungan dengan masalah ini yang menunjukkan bagaimana seorang guru Sufi (Syekh al -Jurjani) menjelaskan kepada seorang murid yang (dianggap) belum pantas mendengarkan musik dalam lingkaran Sufi sebagai tujuan penghayatan. Dalam menanggapi permohonannya, Syekh itu menjawab, �Berpuasalah selama seminggu. Kemudian ada masakan lezat dihidangkan untukmu. Jika engkau lebih suka pada kegiatan musikal, maka silahkan ikut!�

�Keterlibatan dalam musik dan �tari� dalam setiap keadaan,� kata al-Ghazali, �bukan saja dilarang, namun sebenarnya berbahaya bagi calon murid.� Psikologi modern ternyata masih belum menyadari adanya fungsi khusus untuk meningkatkan kesadaran.

Realitas �ungkapan� pengalaman Sufii sangat sulit dipahami �orang luar� yang terbiasa berpikir dengan cara-cara yang berbeda dengan ungkapan itu. �Kelonggaran harus dilakukan kepadanya,� kata al-Ghazali, �karena ia tidak paham terhadap ungkapan-ungkapan itu. Ia laksana orang buta yang mencoba memahami pengalaman melihat dedaunan yang hijau atau aliran air.�

Paling jauh �orang luar� hanya dapat mempertalikan pengalaman yang disampaikan kepadanya sesuai dengan pengalaman-pengalamannya sendiri yang sensual, menggairahkan dan emosional. �Namun orang yang bijak tidak akan mengingkari ungkapan-ungkapan yang sederhana itu meskipun ia tidak mengalaminya; meskipun bentuk opini tersebut amat sangat bebal�.

Wawasan kalangan Deistis [kalangan yang percaya kepada Tuhan secara alamiah atau secara kultural (Deisme)] yang disebut pengalaman mistik itu, yang sama sekali tidak menghasilkan pengetahuan unggul dan hanya merupakan suatu bentuk (pengalaman) yang memabukkan, bukanlah satu-satunya pengalaman yang berusaha dilukiskan oleh al-Ghazali. Setidaknya ia cenderung menerima anggapan bahwa ada semacam perasukan Ilahi ke dalam diri manusia. Namun, seluruh penyampaian (pengalaman) lewat upaya penyulihan dengan sarana �kata�, yang secara adequate (memadai-makna) tidak akan terpenuhi, telah ditiadakan, bahkan mungkin ditentang. Seorang Sufi, pengulas al-Ghazali, mencatat bahwa hal-ihwal yang merupakan pengalaman komprehensif, �tidak dapat dikandungi (dilingkupi) dengan ungkapan secara lisan, lebih-lebih lagi apabila ia menganggap gambar buah di kertas dapat dimakan atau mengandung gizi.�

Upaya kalangan cendekiawan atau eksternalis (zhahiriyah) dalam memahami sesuatu � seolah-olah ia �mengetahui�-nya � dengan memaksakan pemakaian sesuatu yang berada �di seberang�, adalah �seperti seseorang yang bercermin, membayangkan bahwa wajahnya sama dengan kesan (bayangan) yang ada di cermin�.

Dalam pertemuan para darwis, ada semacam kejang ekstase dan tanda-tanda lain tentang pengalaman atau keadaan yang menyimpang. Al-Ghazali mengutip bahwa satu kali Syekh Junaid yang Agung menegur seorang pemuda yang mengalami �ceracau/kegilaan� pada suatu pertemuan Sufi. �Jangan pernah lakukan itu lagi, atau tinggalkan majelisku!� tandas Junaid kepadanya. Kepercayaan Sufi adalah, bahwa peristiwa semacam itu yang mungkin berasal dari perubahan-perubahan batin adalah semu atau emosional semata. Adapun pengalaman yang sejati tidak menimbulkan gejala fisik sedemikian itu, baik berupa �ungkapan secara lisan� atau bergulir-gulir di lantai. Dalam Riyadh al-Asrar (Kebun Rahasia), Sufi termasyhur Mahmud Syabistari mengulas, �Apabila engkau tidak mengetahui ungkapan-ungkapan ini, biarkanlah, jangan pula bergabung dengan orang kafir dalam ketidaktahuan yang semu � Namun mereka semua tidak mempelajari rahasia-rahasia jalan itu.�

Pembuktian-pembuktian tersebut sedikit banyak berkaitan dengan emosi penggunaan kata-kata yang melemahkan dan akhirnya meruntuhkan agama formal. Membuat ungkapan-ungkapan yang berkait dengan Tuhan, keimanan, atau setiap agama, merupakan persoalan eksternal, paling banter sesuatu yang emosional. Karena itu, kalangan Sufi tidak akan membahas Sufisme dalam konteks yang sama dengan agama. Sementara berbagai taraf itu termasuk dalam Sufisme.

Konon, ada pengalaman batin yang dapat dilihat sebagai fraseologi agama yang lazim, yaitu ungkapan-ungkapan tertentu yang sepenuhnya mengandung makna, karena terjadi peralihan dari yang kasar ke yang lebih halus. Al-Ghazali menggambarkan fakta ini melalui sebuah kisah. Mahaguru Sufi Fudhail bin Iyadh (w. 801) berkata, �Apabila ada yang bertanya, �Apakah engkau mencintai Tuhan?� Jangan engkau jawab! Karena jika engkau jawab,�Aku tidak mencintai Tuhan,� berarti engkau seorang yang tidak percaya (kafir). Namun, jika engkau menjawab, �Aku benar-benar mencintai Tuhan,� maka perbuatan-perbuatanmu akan bertentangan dengan ucapanmu itu�.�

Apabila seseorang memahami tentang cinta religius, ia tentu akan mengungkapkannya dengan cara sendiri, bukan menurut cara yang lazim bagi orang-orang yang tidak mengetahuinya. Setiap orang akan terangkat (kedudukannya) atau sebaliknya sesuai dengan kemampuan dirinya dan apa yang diakrabinya. Al-Ghazali berkisah: �Seseorang pingsan karena menghirup parfum bazar, kemudian orang-orang mencoba menyadarkannya dengan aroma yang manis. Datanglah orang yang mengenalnya, lalu berkata, �Aku dulu tukang sapu, orang itu juga. Ia akan sadar apabila mencium (aroma) yang terbiasa baginya.� Maka dzat yang aromanya memuakkan dioleskan di hidungnya, seketika ia sadar kembali.�

Bentuk pernyataan ini pada umumnya merupakan anathema (gugatan) terhadap mereka yang mencoba menyetarakan kesan-kesan biasa dengan tataran wujud yang lebih tinggi, dan menganggap bahwa mereka setidaknya mengalami tingkat-tingkat ketuhanan atau mistik hanya menurut � dan tidak lebih dari � tingkat-tingkat akar rumput (awam). Bentuk awam ini memang sesuai dengan konteksnya dan tidak dapat ditransposisi. Sepeda motor tidak dapat berjalan bila diisi dengan mentega, meskipun mentega sendiri adalah bahan yang sangat istimewa. Bagaimana juga, tak seorang pun bermaksud menyetarakannya dengan bensin. Doktrin Sufi tentang suatu kesatuan rangkaian dzat murni, dalam hal ini, akan dilihat sebagai benar-benar berbeda dengan kemurnian sistem lainnya. Dua madzhab yang lain mempertahankan bahwa dzat keseluruhannya pasti musnah, atau pasti digunakan. Secara faktual, tingkat dzat mempunyai fungsinya sendiri; dan dzat selanjutnya meningkatkan kemurniannya sehingga ia menjadi apa yang pada umumnya dianggap terpisah, yaitu spirit (jiwa).

Al-Ghazali menjelaskan doktrin itu: �Memahami berbagai fungsi yang tampaknya sama itu pada tataran-tataran yang berbeda adalah penting (dan perlu), contohnya: mata mungkin melihat benda yang besar tampak kecil, seperti ia melihat matahari sebesar mangkok � Akal menyadari bahwa matahari ternyata beberapa kali lebih besar dari bumi � Kemampuan berimajinasi dan berfantasi seringkali menghasilkan kepercayaan dan melampaui pendapat (keputusan) yang mereka anggap sebagai hasil pemahaman. Maka dari itu, kekeliruan ini adalah proses bawah sadar berupa ketidaksadaran atau ketidakpekaan (rasa).� (Misykatul Anwar, bagian yang pertama). Yang dimaksud ketidakpekaan menurut al-Ghazali adalah mengacu kepada orang-orang yang tidak mampu memahami kesan-kesan dan makna yang beragam. Di antara beberapa hal penting tentang �diri� di dalam Ihya�.

�Diri� adalah suatu serapan personalitas manusia, yang digunakan untuk menangkap kesan-kesan dan mempergunakan kesan-kesan untuk pemuasan (jiwa), namun juga berarti kualitas individu yang batiniah dan hakiki. Menurut kapasitas ini, nama formanya berbeda sesuai dengan fungsinya. Manakala esensi itu menjalankan secara benar reorganisasi kehidupan emosional dan mencegah kebingungan, maka itulah yang dikenal sebagai �Diri yang Tentram� [an-Nafs al-Muthma'innah]. Dalam penerapan kesadaran, ketika ia sedang menyadari laki-laki atau perempuan sebagai materi yang berbeda, maka kesadaran itu disebut �Diri yang Cenderung�. Namun dalam hal ini, ada persoalan yang sangat pelik karena, untuk tujuan penjelasan dan pengajaran, �Diri yang Hakiki� itu harus dinamai. Kendati demikian, pembedaan cara kerjanya sesuai dengan penampilan dapat memberikan kesan bahwa ada sejumlah hal yang berbeda atau bahkan ada tingkat perkembangan yang berbeda. Adalah absah merepresentasikan proses itu sebagai tahap-tahap yang secara sadar disusun, tetapi paling jauh hanya sebagai perbedaan ilustratif Kesadaran Sufi yang diterapkan secara benar akan melihat berbagai tahap transmutasi hakikat itu dengan cara yang istimewa dan khas, yang secara memadai, tidak disalin dengan terminologi yang lazim. Manakala hakikat itu diterapkan secara normal bagi orang yang terbelakang (secara mental), maka ia mengarahkan potensialitasnya pada mekanisme yang (hanya) memperturutkan kepuasan-kepuasan bersahaja, dan kesadaran ini dikenal sebagai �Diri yang Terpimpin�.

Al-Ghazali menandaskan, �Keadaan-keadaan khusus itu mudah dipahami dan mengesankan bahwa setiap hal juga mudah dipahami. Akan tetapi ada situasi-situasi yang hanya dapat dipahami oleh mereka yang meniliknya dengan suatu cara tertentu (yang istimewa). Ketidaktahuan pada (mekanisme) ini menimbulkan kesalahan-kesalahan umum yang menganggap segala hal sebagai sesuatu yang seragam.�

Seperti pada guru Sufi yang lain, al-Ghazali menyadari bahwa ia harus mengulang argumennya dengan cara-cara yang berbeda sebagaimana dituntut dalam teksnya. Hal ini hanya sebagian saja, karena metode Sufi mungkin membutuhkan pijakan yang sama untuk dibahas melalui sejumlah gagasan-gagasan lainnya, dan karena, seperti seringkali disaksikan dalam diskusi kelompok, orang mungkin (hanya) berlagak dalam mengungkapkan suatu gagasan penting yang belum dipahaminya. Gagasan sebenarnya harus diolah sebagai kekuatan dinamis dalam pikiran murid. Bagaimana juga, karena ia terkondisi dan terlatih, murid akan menerima sebuah gagasan sebagai suatu yang terbiasa. Hasil kegiatan ini akan tampak apabila ia merespon secara sadar ketika stimulus gagasan tertentu diterapkan kepadanya. Pengkondisian mana pun, ketika telah terjadi, harus dihentikan sebelum dampak pengalaman sang Sufi dapat mewujudkan diri.

Kesalahpahaman dalam pemakaian istilah �Anak Tuhan� (yang disifatkan kepada Yesus) dan �Ana al-Haqq� (yang diungkapkan sang Sufi al-Hallaj)3 sebenarnya disebabkan oleh persoalan tersebut. Upaya mengungkapkan keadaan-keadaan itu melalui bahasa tidaklah memadai, karena ungkapan tersebut menimbulkan kesalahpahaman.

Dalam Ihya� al-Ghazali menyatakan bahwa individu mengalami tahap-tahap perkembangan batin yang analog dengan manusia yang tumbuh dewasa. Perkembangan bertahap ini menyebabkan penggunaan cara-cara yang berbeda dalam pengalamannya. Karena itu, seorang Sufi tidak membutuhkan pengalaman fisik tertentu, sebab perkembangannya telah menyulih suatu kemampuan menjadi lebih logis, pengalaman yang lebih bermutu. �Sebagai contoh, setiap tingkat kehidupan ditandai dengan suatu kesenangan yang baru. Anak-anak senang bermain dan tidak mempunyai konsepsi tentang perkawinan yang menyenangkan itu, yang akan mereka alami suatu saat. Selanjutnya orang dewasa, pada waktu mudanya, tidak akan mempunyai kemampuan (merasakan) kesenangan (memiliki) kekayaan dan kemasyhuran yang dialami kelompok usia setengah baya. Kemudian yang terakhir ini, mungkin menganggap kegembiraan terdahulu tidak lebih nyata daripada saat sekarang. Individu pada perkembangannya, tentu, akan menyadari ketaksempurnaan, ketidakpekaan atau kebiasaan sporadis masa remaja yang menyenangkan itu dibandingkan dengan kemampuan-kemampuan apresiasi mereka yang baru.�

Alternasi (pemakaian) berbagai kiasan itu, yang mencegahnya terkristalisasi menjadi semata-mata pengubahan mekanisme, merupakan prosedur umum dalam pokok pengajaran madzhab-madzhab Sufi. Di dalam karya-karyanya, al-Ghazali kerapkali menyulih pengajarannya dengan pengertian lahir apabila mempunyai makna batin yang sama. Dalam Minhajul-Abidin, ia membahas tentang kemajuan bertahap dari kimiawi kesadaran sebagai tujuh �lembah� pengalaman: Lembah Pengetahuan, Kembali (Tobat), Rintangan-rintangan, Godaan-godaan, Cahaya, Jurang-jurang dan Pujian. Semua ini merupakan rangka proyeksi risalah Sufi yang lebih teologis dan merupakan media perantara, sehingga kalangan Muslim dan Kristen yang saleh mampu memetik manfaat tentang ajaran Sufi. Menarik untuk dicatat bahwa Bunyan dan Chaucer telah menggunakan bahan ajaran Sufi ini untuk memperkuat pemikiran Katholik. Adapun para guru Timur seperti Aththar dan Rumi mempertahankan hubungan dengan arus pemaknaan yang lebih langsung dari tema �pencarian�; hal ini mungkin karena mereka adalah guru-guru praktek, namun juga teori, dalam lingkungan madzhabnya.

Kebahagiaan manusia, menurut al-Ghazali, secara berturut-turut menjalani pemurnian sesuai dengan �keadaan wujud�-nya. Ajaran ini, yang tidak akan terpahami pandangan manusia biasa tentang adanya bentuk standar kebahagiaan, sebagai suatu abstraksi, merupakan suatu ciri-ciri yang kuat dari pengetahuan Sufi.

Manusia mempunyai beberapa kemampuan, masing-masing menanggapi tipe kesenangannya sendiri. Pada mulanya ada tipe fisikal. Demikian pula ada fakultas moral, yang saya sebut akal sejati, yang menyenangi perolehan pengetahuan sebanyak mungkin. Jadi ada kegemaran lahir dan batin. Demikian pula keduanya akan dipilih menurut pemurniannya.

�Seorang manusia yang mempunyai suatu kemampuan menerima kesempurnaan Wujud akan memilih kontemplasi. Bahkan dalam kehidupan ini, kebahagiaan pengembara yang sejati adalah tiada tara � lebih agung daripada yang mungkin dibayangkan.�[darisrajih.wordpress.com]